Oleh : Gervasius Franolni Rhaki
SMAK Seminari St.Yohanes Paulus II Labuan Bajo
Saat ini Indonesia tengah mempersiapkan diri dalam menghadapi bonus demografi yang di perkirakan akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, yakni jumlah usia produktif lebih mendminasi daripada jumlah usia non produktif.
Hal ini didukung dengan data yang di berikan KOMINFO, bahwa Indonesia akan menghadapi era bonus demografi beberapa tahun ke depan tepatnya pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang.
Tentunya hal ini merupakan hal yang baik, sekaligus menjadi tantangan bangsa dan negara lebih khususnya juga tantangan bagi kaum-kaum muda Indonesia yang menjadi pundak masa depan negri di masa yang akan datang.
Untuk menjadi penerus bangsa yang baik bukanlah sesuatu hal yang muda, apalagi yang menjadi tanggung jawab besar kaum muda pada saat ini adalah bagaimana mendapatkan peluang yang tepat dan menjadi benteng yang kokoh, kuat, serta menjadi pribadi yang berkarakter demi memanfaatkan kesempatan yang ada. “Berikan aku 10 pemuda maka aku kan mengguncangkan dunia ini”.
Itulah ungkapan Presiden Soekarno, yang menegaskan bahwa peran kaum muda sangat besar dalam menentukan masa depan bangsa dan negri ini. Pemuda haruslah berjiwa muda.
Dari segi sejarah kaum mudalah yang telah memberikan kontribusi besar dalam misi pembebasan Indonesia dari bangsa Kolonial. Semangat yang mereka berikan bukan hanya untuk kepentingan pribadi tetapi bermanfaat dan berniali bagi bangsa dan sesama.
Tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah saat ini adalah bagaimana menghilangkan ego dari kaum muda yang sudah terpengaruh dengan perkembangan dunia saat ini. Suatu keraguan besar ketika melihat kaum muda tidak lagi mampu memanage diri dengan baik.
Kaum muda saat ini bisa saja terlena dengan kencanggihan dunia saat ini sehingga bisa saja memicu kesenjangan seperti attitude yang kurang baik, mental instan, serta life style yang berlebihan dan suatu hal yang paling parah adalah ketika kaum muda lupa dengan identitasnya sebagai penerus bangsa sehingga lebih mencintai kerusuhan dan perpecahan daripada perdamaian dalam hidup berbangsa dan bernegara. Ketika hal seperti ini terjadi, maka bonus demografi tidak lagi mendatangkan peluang yang baik malah terjadi hal yang sebaliknya dan Indonesia gagal menjadi bansa yang nyaman dan sejaterah ke depanya.
Untuk menangani masalah di atas pentingnya kesadaran dari kaum muda akan pendirian diri yang baik dan kuat dalam mengolah kepribadian diri.
Menteri Koordinasi Bidang Pembangunan dan Kebudayaan menyatakan, “nanti pada tahun 2045 yang memimpin Indonesia itu kalian. Kalian harus berperan menjadi bagian dari genersi produktif agar kita terhindar dari aging society”.
Ini adalah ajakan bagi kaum muda supaya mampu memanfatkan dengan baik peluang yang ada dan persiapkan diri untuk bersaing dengan sehat dalam memajukan diri dan memajukan bangsa ini di tengah bonus demografi yang terjadi.
Pihak pemerintah juga harus mendukung kaum muda Indonesia dengan memfasilitasi semua kebutuhan dan kiranya dapat memanfaatkan kesempatan yang strategis ini untuk mempercepat pembangun SDM.
Salah satu aspek yang penting dan sebagai tugas dari negara dalam hal ini ialah menciptakan lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya sehingga adanya keseimbangan antara usia yang produktif dengan kebutuhan yang kaum muda perlukan.
Ajakan bagi kaum muda sendiri ialah mari membangun kesadaran nomen est omen, artinya nama adalah tanda. kaum muda adalah namanya, maka kegigihan dalam membentuk diri, kegigihan dalam berjuang adalah tandanya.(*)