Mengapa Iban Medah dukung Viktory Jos?

Viktor Laiskodat dan Iban Medah

 

♦ Ini jawabanya sampai soal FLR tidak dukung pembentukan Propinsi Flores

 

IBRAHIM Agustinus Medah kapasitasnya saat ini anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD Republik Indonesia. Katalain Senator. Pernah menjadi Bupati Kupang dua periode dan pernah pula jadi Ketua DPRD Kabupaten Kupang dan Ketua DPRD NTT. Setelah ambisinya terhempas ingin jadi calon gubernur NTT, Medah berbalik arah mendukungan pasangan Viktor Laiskodat-Joas Nae Soi.
Ini jawaban Medah,” Saya dukung Viktor Laiskodat-Jos Nae Saoi karena saya memahami bahwa pak Victor dan Yosef kembali ke NTT hanya untuk mengabdikan diri mereka bagi daerah dan rakyat NTT. Mereka TIDAK mencari “ jabatan” Gubernur dan “jabatan” Wakil Gubernur mengingat mereka secara finansial sudah sangat mapan bahkan lebih dari cukup dan dilihat dari segi kehormatan mereka sudah memiliki jabatan2 yang sangat terhormat, sehingga jabatan gubernur dan wakil gubernur tidaklah sebanding dengan jabatan2 yang sekarang dimiliki oleh beliau berdua.
NTT membutuhkan figur yang benar2 ingin mengabdi bagi rakyat dan daerah NTT yang masih sangat miskin dan tertinggal dan masih ramai dengan korupsi. Kalau figur calon gubernur dan calon wakil gubernur yg mengejar jabatan gubernur dan wakil gubernur maka sampai dunia kiamat NTT tetap sebagai provinsi miskin, tertinggal dan terkorup. Saya harap rakyat NTT memilih figur yang hanya ingin mengabdikan dirinya bagi rakyat dan daerah NTT.
Bisa saja ada figur calon yg mengaku bahwa mereka juga ingin mengabdi, tetapi kalau latar belakangnya tidak mendukung terutama kemampuan finansialnya, saya pastikan bahwa mereka lebih memperioritaskan mencari keuntungan pribadi dan kelompok bukan keuntungan bagi rakyat dan daerah NTT. Sadarlah rakyat NTT jangan tertipu oleh janji2 manis yg tidak pernah akan terealisasi karena janji2 manis tersebut hanyalah pemikat utk figur tersebut dipilih.” Itulah penjelasan Medah menjawab EXPO NTT Selasa 13 Maret 2018.
Dulu, Medah dan Viktor Laiskodat adalah rival, saling bertolak belakang. Namun, ketika Viktor Laiskodat mendatangi Medah dan meminta dukungan di rumahnya merupakan hal lumrah dalam politik. Ini pernyataan Medah,” Kalau rival dalam politik itu hal yang biasa karena sangat situasional, kalau politisi tidak bisa mengelola hal2 yang situasional itu bukan politisi atau belum bisa manjadi politisi. Sebenarnya tidak tepat kita menggunakan istilah “islah” karena kami tidak pernah konflik pribadi yang ada “mungkin hanya perbedaan sikap yang situasional” jadi kalau situasi saat ini kondusif utk berkolaborasi maka kita harus lakukan kolaborasi untuk kepentingan yang lebih besar. Kalau politisi hanya berorientasi kepada kepentingan dan harga diri pribadi sebaiknya yang bersangkutan tinggal saja ditengah laut atau ditengah hutan. Kalau menyangkut Bendungan Kolhua, menurut saya sepanjang ada alternatif lain utk mendirikan bendungan utk kebutuhan air Kota Kupang, mengapa kita harus mengorbankan lahan potensial yang selama ini digunakan rakyat utk mata pencaharian mereka, dan alternatif utk itu banyak sekali tersedia di Kota Kupang antara lain membendung sungai Liliba dan sungai Kalidendeng; dan kalau alternatif itu direaliasasi maka selain air kita dapat juga akan tercipta tempat rekreasi baru dalam Kota Kupang; alternatif ini sangat disetujui oleh Pak VBL. Kalau menyangkut perpanjangan Bandara Komodo, sebenarnya yang “SALAH” adalah Pemda, karena lahan untuk perpanjangan Bandara tersebut milik pribadi VBL, permintaan VBL adalah kalau lahan milik pribadinya tersebut mau diambil cukup dengan “tukarguling” dengan lahan yang lain, tetapi pihak Pemda tidak mau melakukannya, saya yakin  kalau lahan itu milik bung Wens pasti bung Wens juga akan bersikap seperti VBL malah mungkin bung Wens akan minta harganyang paling mahal ??????. Kalau masalah pemekaran provinsi Flores saya tidak pernah dengar VBL menolaknya, bahkan yang menolak pemekaran tersebut adalah FLR.” ♦ wjr