‘Kebangkitan Desa’

WJR

SAYA pesimis, orang desa mampu membangun diri dengan digelontornya dana melalui Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi, Marwan Jafar. Konon di tahun 2016 setiap desa akan digelontorkan bukan satu miliar rupiah tetapi menjadi dua miliar rupiah. Ini sangat luar biasa. Belum lagi dana dari sector lain,seperti di NTT ada program Desa Mandiri Anggur Merah yang merupakan program Gubernur Frans Lebu Raya, bahkan bupati atau walikota pun punya program memajukan desa dan kelurahan.
Di Kota Kupang, Walikota Jonas Salean pada awal kepemimpinannya menggelotorkan dana ke semua keluarahan senilai Rp 500 juta. Tahun 2016 dinaikan 100 persen menjadi satu miliar. Pertama, apakah kepala desa bersama aparatur telah persiapkan masyarakat untuk menerima dan mengelolah dana besar untuk program fisik, bangun infrastruktur?
Kedua, dana miliar rupiah masuk desa, sangat menggiurkan. Pengelolah dana desa bisa terlena dan terpana. Bisa-bisa menimbulkan koruptor-koruptor baru. Tak kalah gencar baik secara nasional, propinsi dan kabupaten merekrut pendamping desa. Programnya luar biasa, dan tentu saja ini evoria kebangkitan masyarakat desa.
Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Anwar Sanusi mengatakan, buku ‘Kebangkitan Desa’ merupakan cerminan dari visi dan misi Kemendesa PDTT yang berkomitmen membangun desa untuk negeri. Sangat luar biasa. Kabarnya sangat indah dan menyentuh, apakah sama dengan rupa dan wujudnya di lapangan?
Desa harus dilihat dan dipotret secara utuh.Desa adalah daerah otonomi terkecil, tetapi di desa pula ada kompleks persoalan sangat mendasar. Sebab, orang desa masih miskin dan dimiskinkan. Ada politisi busuk yang membiarkan orang desa miskin dan tertinggal. Orang miskin dan desa tertinggal bisa ‘diobjekan’ untuk meraih suara pada setiap musim pemilu. Masyarakat desa yang miskin sangat labil. Si politisi busuk hanya dengan merogoh kocek duapuluhan ribu, paling besar limah puluhan ribu bisa mendapat imbalan berupa jabatan, harta dan wanita.
Gebrakan Kementerian Desa Tertinggal Marfan Jafar patut diapresiasi. Tinggal saja, implementasinya tepat sasaran, tepat manfaat atau memperluas jaringan koruptor dari pusat sampai ke daerah. Kita mendoakan agar program yang sangat bagus Meteri Marfan Jafar tidak hanya evoria tetapi harus menjadi kenyataan. Rakyat desa yang miskin, bisa mengalami perubahan dalam hidupnya, bisa berobat keluarga jika sakit, bisa membiayai putera-puteri melajuntkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan nyaman jika hendak bepergian ke sawah atau ladang terutama nyaman jika menempuh perjalanan sangat jauh.
Saat orang desa berbicara, sudah saatnya orang desa bersuara lantang menyuarakan hak dan kewajibannya. Sudah saatnya rakyat berkata, bahwa tidak menerima lagi beras miskin atau raskin yang sudah diawetkan dengan zat klorin, zat berbahaya bagi kesehatan. Sudah saatnya rakyat sadar pajak, sebagai panggilan tugas berbangsa dan bernegara. Dengan demikian desa semakin kuat, desa diharapkan mampu menjadi posisi terbesar di negeri ini. Sampai kapan ya? ♦