EXPONTT.COM – Aksi telanjang dada oleh mama-mama terjadi saat kericuhan antara aparat keamanan dengan warga di Desa Rendu Butowe, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis, 9 Desember 2021.
Kericuhan terjadi saat protes warga mengenai pembangunan waduk. Mereka tidak terima dengan aksi aparat Kepolisian Resor Nagekeo dan Satuan Brimob yang membongkar pagar pembatas waduk.
Kericuhan pun tak bisa dihindari, sejumlah warga mengaku sempat dicekik aparat, hingga terjadi aksi kejar-kejaran dilokasi.
“Aparat datang membongkar pagar yang dibangun dan terjadi aksi saling dorong. Mama-mama sampai aksi telanjang dada dan ada yang dicekik,” ungkap Wili Bei salah satu warga yang ikut dalam aksi protes.
Baca juga: Kronologi Sejumlah Pemuda di Kota Kupang Tawuran Usai Pesta Syukuran Wisuda
Menanggapi peristiwa tersebut, Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Rishian Krisna Budhiaswanto kepada wartawan, Jumat 10 Desember 2021 menegaskan tidak ada kekerasan yang dilakukan oleh aparat di lokasi.
Menurutnya, masyarakat menutup akses jalan masuk saat petugas akan melakukan aktivitas pengukuran di titik as, atau poros bendungan Mbay, Lambo (Kali Loeo Sae) oleh PT Brantas Abhipraya.
“Pengukuran guna pencocokan titik koordinator dan titik elevasi di poros bendungan Mbay, Lambo (Kali Lowo Se),” jelasnya.
Krisna menambahkan, PT Brantas Abhipraya sebagai kontraktor pelaksana paket II pembangunan waduk Mbay Lambo dikawal oleh 25 orang anggota Polres Nagekeo, dengan surat tugas nomor SPRIN/ 604/XII/ PAM. 3/2021.
Baca juga: Siswi SMP di Kupang Trauma Berat Usai Dicabuli Ayah Kandung, Polisi Kesulitan Simpulkan Kronologi
“Tanggal 6 Desember 2021, dengan dibackup oleh 10 orang personil dari Sat Brimob NTT dan lima personil Polwan BKO Polres Ngada, serta Satu Pol PP Kabupaten Nagekeo akan masuk ke lokasi poros bendungan melalui jalan tani, yang telah diblokir oleh warga dengan membangun pagar dan pondok sebagai basecamp,” ungkapnya.
Negosiasi Gagal
Tim yang dipimpin Kasat Intelkam Polres Nagekeo melakukan negoisasi dengan warga forum penolakan dari dusun Malapoma, yang didominasi oleh ibu-ibu.
Negoisasi itu gagal karena warga tetap bersikukuh tidak memberikan izin masuk, untuk melakukan aktivitas.
Baca juga: KPK Dukung Pemkab Manggarai Barat Tertibkan Aset Bermasalah
“Karena tidak ada titik temu, anggota melakukan pembongkaran pagar dan mendapatkan perlawanan dari warga, diantaranya berupa aksi-aksi melepaskan pakaian dari ibu-ibu. Salah seorang personil Polwan yang telah disiapkan untuk mengantisipasi aksi tersebut yakni, Aipda Velitas Suri mencoba untuk menutup tubuh ibu-ibu tersebut dengan kain yang telah disiapkan,” urai Krisna.
Setelah melewati brikade masyarakat, tim berhasil masuk ke lokasi untuk melakukan pengukuran.♦digtara.com