Antonius Ali : Tidak logis tokoh Manggarai tampil lebih dari satu tokoh

♦ Mengkritisi Beny Kabur Harman, Chris Rotok dan Andre Garu

 

DALAM akun Face Book pengacara yang juga politisi asal Manggarai menulis,” Saya tidak habis pikir, hebat sekali kita orang Manggarai Raya, Wae Mokel awon Selat Sape salen, muncul tiga figur yang mau maju bertarung untuk menjadi Gubernur atau Wakil Gubernur NTT 2018. Pada tahun 2008 yang muncul hanya 1 figur yakni GPE almarhum dan gagal. Tahun 2013 yg maju 2 figur cagub yakni Beny Kabur Harman dan Chris Rotok dan keduanya gagal. Kini akan muncul 3 figur yakni BKH, CR, dan AG. Terlepas dari faktor nasib dan keberuntungan, dari sudut logika politis sangat mustahil salah satu dari tiga figur itu akan jadi. Satu saja susah apa lagi tiga. Kira-kira seperti itu logikanya. Muncul sekaligusnya ketiga figur itu menunjukkan bahwa filosofi orang Manggarai Raya yang selalu kita dengungkan: muku ca puu neka woleng curup, teu ca ambok neka woleng lako; benar-benar sudah kehilangan makna dalam berpolitik di kalangan orang Manggarai Raya. Aku bertanya apakah ini indikasi kecerdasan berpolitik atau ketakcerdasan berpolitik bagi orang Manggarai Raya yang katanya salah satu gudang orang-orang cerdas secara intelektual di NTT ini? Saya kira sudah waktunya kita orang Manggarai mesti cerdas dalam berpolitik……….”
Dari status yang ditulis di akun Anton Ali, banyak masyarakat yang menanggapi dengan saran positif dan negative. Ada kalimat, saatnya untuk menggali pemikiran untuk mempersatukan suara, dan saling berkomunikasi itu lebih baik, agar menuju satu orang dari Manggarai, saatnya sekarang Pak Ben Mboi sudah membuka jalan. Mari terus bekerja untuk munculkan nomor satu. Ada yang berkomentar,” Manggarai Raya adalah pemilih terbesar di Flores mendekati satu juta lebih, tetapi mengapa muncul figur dari Manggarai Raya hanya sebagai wakil. Ya kita pilih yang benar-benar punya komitmen dan menjadi calon NTT 1.”
Trisna Wati komentar dengan nada Tanya, “Gimana kalau dari 3 figur harus kerjasama, kita jagokan satu saja.” Darius Jehanih,” Setelah era Opa Ben Mboi, politisi dari Manggarai hanya mau “bikin rame” saja, tidak lebih tidak kurang. Apakah mereka mau membangun NTT? Tidak, mereka mau menggali lubang kubur untuk generasi muda Manggarai.”
Arka Dewa,” Ada kandidat yang hanya menargetkan popularitas untuk menjaga posisi/kursi tapi ada pula yang benar-benar bertujuan menjadi pemimpin NTT”.
Sarah Lery Mboeik,” Kalau 3 yanng muncul na mandingan ibu Netty Gandut dan pak Antonius Ali dukung beta yang dari Rote saja..hehehe..be ganggu2 saja oooo mat malam ibu dengan pak.” Yohanes Dembo,” Bagi saya tidak ada aneh dan sesungguhnya itulah aslinya kita jangankan untuk rebut kursi segede gubernur untuk jadi Kades saja justru berebutan antara saudara.”
Justin Marcel Abby,” Itu artinya orang Manggarai banyak yang jago. Kan mereka ikuti kata bijak dari Pak Ben Mboi,” Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Menang itu urusan belakangan yang penting ada nama dan menjdi buah bibir saat kampanye. Ini mlahirkn harga diri sekaligus kepuasan tersendiri bagi yang bersangkutan.”
Hila Japi,” Menurut saya pertama, pemilihan gubernur berdasarkan banyak varian. Di sini kemannggaraian, parpol sekalipun tidak ada parpol yang benar tanpa floating nasa. Varian berikutnya rasionalitas. Lebih berikutnya adalah faktor filsafatis-kultural: laki woleng tana,.”
Heri Jehanur,”Semoga orang-orang itu…bertobat dan kembali ke jalan yang benar om..wariskan pendidikan politik ata di’an latang generasi openers manggarai….hehe…” Bram Riser,” Menurut saya filosofi kultur Manggarai Raya yang tadi disampaikan pa Anton itu betul.. Kita orang Manggarai Raya banyak org pintar tetapi tidak cerdas apalagi mengelolah kecerdasan berpolitik… hang ba,o terus.”
Frederikus Teku,” Maaf tidak pernah belajar masa lalu, ini tanda- tanda kehancuran karena tidak ada yang mau mengalah merasa diri hebat, biarkan perang saudara ata Manggarai raya.”
Venzo Ramling,” Amang anton…. munculnya 3 figur balon ini sesungguhnya membuktikan tingkat partisipasi politik kita tinggi. Patut kita bangga itu…soal siapa yg menang….yang mnentukn publik…kita jangan terjebak dg filosofi kedaerahan….mampu mnentukn yg terbaik dr k-3 nya itulh hakikat dari pemilih rasional. Mari kita cerdaskn publik denganmengarahkan pemilih untuk tidak terkotak dalam paham kedaerahan.”
Roberto Ata Loha.” Betul orang Manggarai cerdas dalam konteks intelektual tapi secara politik belum cerdas menghasilkan pemimpin di daerah ini. Sampai kapanpun kita orang manggarai raya tdk akan bisa merebut kursi NTT 1.”
Donatus Djahur,” Jangan ada lagi mimpi ograng manggarai jadi nomor 1 di NTT kraeng kalau begini modelnya orang Kupang bilang makarapak bu. Kraeng, Kris Rotok dan Herman salah dalam pendidikan politik, orang Manggarai kok hanya bisajadi wakil. ”Anton Ali kepada EXPO NTT Kamis 4 Agustus 2016 minta menurunkan berita ini, agar publik, khusunya orang Manggarai Raya bisa baca dan paham makna politik sebenarnya. ♦ wjr