MASYARAKAT pencinta bola kaki di Kabupaten Ende meminta kepada Asosiasi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Ende supaya pemain bola kaki usia 23 tahun (U23) yang akan mengikuti turnamen Sepak Bola memperebutkan Piala Gubernur NTT dalam waktu dekat ini agar tidak “membeli” pemain dari luar Kabupaten Ende untuk mewakili Kabupaten Tri Warna Kelimutu.
Sebab masih begitu banyak orang-orang muda usia 23 tahun yang ada di daerah ini yang pandai mengolah bola di lapangan.”Kami minta dengan hormat kepada asosiasi supaya benar-benar mempertimbangkan. Karena jika asosiasi masih memaksakan kehendak maka kami orang-orang muda Ende-Lio melakukan aksi melawan siapa saja. Apalagi, uang untuk membiayai kegiatan ini bukan uang dari saku baju pengurus asosiasi, tetapi dari uang APBD Kabupaten Ende yang adalah uang rakyat masyarakat kabupaten ini,”.
Penegasan ini disampaikan oleh sejumlah masyarakat Ende-Lio ketika dikonfirmasi EXPO NTT secara terpisah di Kota Ende pada hari Rabu tanggal 1 Juni 2016. “Kami sudah dapat informasi bahwa ada beberapa pemain yang kemarin disertakan dalam turnamen El Tari Memorial Cup di Maumere mewakili Ende sekarang masih di Ende dan siap untuk diseleksi. Padahal jelas-jelas mereka bukan orang Ende,”tegas Maksimus T dan dibenarkan oleh Lasarus D.
Dua warga masyarakat dari Kelurahan Onekore dan Paupire ini mengaku bahwa anak-anak usia muda yang berasal dari tanah jawa itu sekarang ini di tampung disalah satu rumah pejabat yang dikenal sebagai wakil dari rakyat. “Kalau mereka juga ikut diseleksi untuk mewakili Ende dalam turnamen Piala Gubernur NTT, saya bersama dengan orang muda Ende-Lio lainnya sudah pasti melakukan aksi,” tegas keduanya dan dibenarkan oleh Hilarius N dan Dididmus M.
Dua warga dari Kelurahan Mautapaga dan Kelimutu ini menegaskan jika Asosisiasi PSSI Kabupaten Ende tetap memaksakan kehendak atau oknum-oknum tertentu yang bermain, apakah demi politik dan bisnis, harus sudah siap untuk diserang.”Ini bukan ancaman, tetapi ini adalah peringatan untuk tidak boleh melakukan. Karena Ende adalah gudang pemain yang selama ini tidak pernah diperhatikan,”tandas Noldi D dan Lorens P.
Kedua warga masyarakat dari Kelurahan Tetandara dan Potulando ini lebih jauh mengatakan bahwa kasus yang sudah terjadi pada El Tari Memorial Cup kemarin jangan terulang lagi. “APBD Kabupaten Ende harus dihabiskan untuk membayar pemain dari luar, padahal teknik dalam bertanding sama saja dengan pemain Ende sendiri. Bukti jelasnya ketika mereka mewakili salah satu club ketika mengikuti turnamen Ema Gadi Djou Memorial Cup baru-baru Ini,”ujar Irenius L dan Maurianus M.
Dua warga dari Kelurahan Onekore ini mengatakan bahwa salah satu sumber pendapatan dari APBD Kabupaten Ende adalah pajak dan pemain yang “dibeli” dari tanah jawa itu orang tuanya tidak pernah membayar pajak untuk daerah ini. “Ini yang harus dicatat dan diingat dengan baik oleh siapa saja yang duduk di Asosiasi. Di Ende tidak ada Perse lagi yang ada hanya Asosiasi PSSI Kabupaten Ende. Perse Ende bukan Asosiasi. Perse Ende adalah nama club yang mewakili Kabupaten Ende dalam turnamen-turnamen seperti Piala Gubernur, El Tari Memorial Cup dan Suratin Cup ,”ujar keduanya.
Sementara baik Ketua Asosisasi PSSI Kabupaten Ende, Sabri Indra Dewa, SE dan Sekretaris Jendral PSSI Kabupaten Ende, Aleksander Sidi, S.Sos ketika dikonfiormasi EXPO NTT melalui telpon pada hari yang sama mengatakan Asosiasi PSSI Kabupaten Ende belum pernah melakukan rapat.” Saya sekarang ini di Jakarta,”kata Sabri Indra Dewa. ♦ rik
Pemain dari luar tidak diperkenankan mewakili Ende
