EXPONTT.COM – Bupati Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) Thomas Ola mencopot Penjabat Kepala Desa Tapobali di Kecamatan Wulandoni dari jabatannya karena dinilai tidak becus mengurus kasus stunting.
Menurut Thomas Ola, selain tidak becus dalam mengurus permasalahan stunting, penjabat tersebut juga terkesan main-main menangani masalah kemanusiaan itu.
“Saya sudah berhentikan Penjabat Kepala Desa Tapobali salah satunya karena tidak serius tangani Stunting,” kata Thomas Ola saat rembuk Stunting tingkat Kabupaten Lembata.
Persoalan stunting, menurut Thomas Ola merupakan masalah urgen dan perlu diatasi bersama, maka dari itu dalam pelaksanaannya tidak boleh main-main.
Baca juga:Dana Bantuan Seroja Rp 10 Miliar Masih Tersimpan di Bank dan Belum Disalurkan, Apa Penyebabnya?
“Ini demi masa depan anak-anak kita, generasi kita,” katanya.
Mantan Wakil Bupati Lembata ini juga rupanya memberikan peringatan kalau dirinya tidak segan-segan memberhentikan siapa saja yang dinilai main-main tangani kasus Stunting.
“Harus sesuai prosedur menangani stunting,” tegasnya.
Lebih jauh, dijelaskannya bahwa, sesuai komitmen para Bupati se-NTT bahwa tahun 2022 kasus stunting di semua kabupaten turun 10 persen.
Baca juga:Gubernur VBL Raih Gelar Doktor Dengan Predikat Cumlaude Dari UKSW
“Lembata targetnya zero stunting,” harapnya.
Dia pun menghendaki agar penanganan stunting harus dijalankan sesuai Road Map yang ada.
Ketua Panitia rembuk Stunting tingkat Kabupaten Lembata, Sahli menyatakan, persentase prevalensi hasil pengukuran bulan Agustus 2019 adalah 31 persen.
Ia merincikan, dari 31 persen itu terdiri atas jumlah balita yang ditimbang dan diukur sebanyak 6.685 anak, dengan jumlah balita stunting 2 166 anak.
Baca juga: Lakukan Tindakan Asusila Terhadap Tetangganya yang Masih Bocah, Nelayan di Rote Diamankan Polisi
“Pada Agustus 2020 menurun menjadi 25,7% terdiri dari jumlah balita yang ditimbang dan diukur sebanyak 8.241 anak dengan jumlah balita stunting 2.115 anak,” ujarnya.
Selanjutnya, katanya, pada Agustus tahun 2021 berkurang menjadi 22,07% atau 1.804 dari jumlah balita yang ditimbang dan ukur sebanyak 8.4172.
♦kumparan.com