Oleh : Fery Meze
EXPONTT.COM – Stunting merupakan suatu kondisi gagal pertumbuhan pada anak (Tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Stunting menjadi mimpi buruk yang terus menghantui perkembangan generasi Bangsa dari waktu ke waktu, mengapa !! Stunting melahirkan trend buruk bagi siapa saja termasuk bagi Pemerintah Pusat hingga Daerah dalam mempersiapkan generasi emas masa depan yang berkualitas secara fisik maupun psikis.
Prevalensi balita stunting di indonesia masih cukup tinggi yakni di kisaran angka 29, 6 % di atas batasan yang di tetapkan oleh WHO ( 20 % ).
Penelitian oleh Richardo dalam Bhutta 2013 menyebutkan bahwa Balita stunting berkontribusi terhadap 1.5 juta ( 15 % ) kematian anak Balita di Dunia dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahunnya termasuk di Indonesia.
Baca juga:Dua Kandidat Wabup Ende Antar Berkas ke Panmil DPRD
Contoh kasus di perlihatkan dari data di atas menjadi issue penting yang menggaris bawahi Stunting sebagai bagian dari “pembunuh” generasi emas manusia dunia (baca : masalah) atau penyumbang utama sumber masalah buruknya perkembangan dan pertumbuhan generasi anak – anak masa depan Dunia termasuk di indonesia – NTT dan Nagekeo.
Lalu langkah apa yang perlu di lakukan untuk menyikapi stunting sebagai masalah besar bagi generasi ?
Untuk menekan angka stunting Masyarakat perlu memahami faktor apa saja penyebab stunting dan Pemerintah perlu dengan cermat meramu kebijakan yang bermuara pada strategi dan metode pencegahan dini serta pengendalian stunting.
Kekurangan gizi dalam waktu lama sejak janin menjadi bagian utama dari sumber stunting pada anak – anak, penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi – rendahnya asupan vitamin, mineral – dan kurangnya keragaman pangan serta sumber protein hewani.
Selain faktor sumber PANGAN, perilaku IBU dalam pola asuh yang kurang memenuhi standar pangan dan gizi anak pada saat pemberian makanan –
Ibu yang saat remaja kurang gizi dan kehamilan usia remaja turut menjadi penyebab utama masalah stunting pada anak, sehingga pola pendekatan untuk strategi pencegahan stunting penting di lakukan sejak dini artinya sejak calon ibu berusia Remaja.
Baca juga:Gubernur NTT Imbau Lembaga Agama Dorong Umat Memiliki “ Awareness”
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk sanitasi dan ketersediaan air bersih menjadi salah satu faktor kunci yang mempengaruhi pertumbuhan anak terganggu dan berujung pada stunting.
Terkait konteks penyebaran stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur juga cukup tinggi, sehingga terus dan perlu menjadi perhatian serius Pemerintah Daerah untuk menekan angka stunting di wilayahnya dengan berbagai metode dan strategi.
Forum Rakor Penurunan Stunting Se – NTT di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat (10 – 13 Oktober 2021), membahas tentang Trend Prevalensi Balita Stunting tahun 2021 terhadap tahun 2020 dari setiap kabupaten / kota di Provinsi NTT.
Di forum rakor stunting Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur itu, nama Nagekeo daerah Otonom / Kabupaten yang memasuki usia tahun ke -14 bergema positiv karena meraih peringkat pertama (JUARA I ) sebagai Kabupaten yang berhasil MENEKAN angka STUNTING terendah di tahun 2021 berbanding relatif terhadap angka tahun sebelumnya dengan Kabupaten / Kota lainnya di NTT.