Tiga Kabupaten di Manggarai Raya Rawan Longsor

ilustrasi tanah longsor

EXPONTT.COM, KUPANG – Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, Zakarias D Ghele Raja menyebut, tiga kabupaten di Pulau Flores yakni Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur dan Manggarai jadi daerah rawan pergerakan tanah atau longsor.

Daerah di Kabupaten Manggarai Barat yang rawan pergerakan tanah adalah Kecamatan Pacar, Kecamatan Welak, Kecamatan Sano Nggoang dan Kecamatan Ndoso.

Sedangkan untuk Kabupaten Manggarai yang rawan pergerakan tanah adalah Kecamatan Cibal, Kecamatan Wae Ri’i, Kecamatan Ruteng dan Kecamatan Lelak.

Baca juga: Ketua Komisi III DPRD NTT Sebut Upaya Banding Akan Memperburuk Citra Bank NTT

Menurut Zakarias, kondisi batuan di tiga kabupaten tersebut memiliki tingkat pelapukan yang cukup tinggi. Litologi yang didominasi batuan vulkanik hasil erupsi gunung api, keadaan vegetasi, topografi serta cuaca dan iklim di daerah itu menyebabkan bantuan menjadi mudah lapuk.

Baca juga:  Forum Pemuda NTT dan 600 Pelajar Kota Kupang Gelar Aksi Tanam Pohon

Selain itu, aktivitas manusia seperti mengubah tata guna lahan dimana hutan yang ditumbuhi tanaman berumur panjang dan berakar kuat diganti dengan tanaman perkebunan yang tidak mampu mengikat batuan sehingga rentan terjadi gerakan tanah.

“Ada tumbuhan bisa merusak batuan sehingga menimbulkan rekahan pada batuan, ada juga yang mengikatnya. Jadi ketika hujan, kecil kemungkinan untuk terjadinya longsor. Air hujan yang merembes ke rekahan batuan bisa menambah beban batuan. Makin berat beban batuan dan tidak ada daya penahan, itulah yang mengakibatkan longsor bisa terjadi,” tambahnya.

Baca juga: Marsel Ahang: Naik Banding Hanya Menguntungkan Pengacara Dan Oknum Tertentu

Warga sekitar diharapkan mewaspadai bahaya pergerakan tanah atau longsor dengan membuat terasering, penghijauan, tembok penahan tebing hingga mengatur drainase.

Baca juga:  Cezar Making Antar Persebata ke Final Liga 4 ETMC XXXIII

“Air hujan diusahakan agar tidak banyak yang meresap ke dalam tanah dan mengisi rekahan batuan pada lereng. Air diusahakan untuk terus mengalir ke dataran yang lebih, karena faktor itu bisa buat batuan menjadi berat dan gampang lapuk. Sehingga masyarakat perlu mengatur drainase, membuat terasering, penghijauan dan tembok penahan tebing,” tuturnya.

Baca juga:  UNISAP Kupang akan Punya Program Magang di Jepang, Hasil Kolaborasi Forum Pemuda NTT dan Duta Mandiri Indonesia

Zakarias meminta masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda awal bencana longsor diantaranya munculnya retakan berbentuk tapal kuda, lereng tiba-tiba mengembung, munculnya mata air baru atau rembesan air dan lumpur pada lereng.

Baca juga: RUPS Luar Biasa Bank NTT, 27 November 2023

“Beberapa tanda lain munculnya longsor dapat dilihat miringnya pohon-pohon atau tiang listrik dan bangunan lainnya, runtuhnya batu atau tanah dari lereng terjal, dan suara gemuruh disertai getaran dan runtuhan tanah atau batu dari atas lereng,” tutupnya. (*)

Baca juga: Ketua Komisi III DPRD NTT Sebut Upaya Banding Akan Memperburuk Citra Bank NTT