Komisi V DPRD NTT Kutuk Keras Kejadian yang Akibatkan Meninggalnya Ibu dan Anak di RSUD TC Hillers

Ketua Komisi V DPRD Provinsi NTT, M. Supriyadin Pua Reke / foto: ist

EXPONTT.COM, KUPANG – Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Muhammad Supriyadin Pua Reke, mengutuk keras kejadian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) T.C. Hillers Maumere yang menyebabkan ibu dan anak meninggal dunia.

“Kami Komisi V DPRD Provinsi NTT mengutuk keras kejadian di RSUD Maumere yang sebabkan ibu dan anak meninggal dunia. Tidak boleh terjadi lagi,” ujar Yadin Pua Reke, usai pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Persatuan Rumah Sakit se-Indonesia Cabang NTT dan BPJS Kesehatan NTT, Jumat, 11 April 2025.

Politikus Gerindra ini menyayangkan peristiwa seperti ini harus berulang kali terjadi di NTT.

Seperti diketahui, kejadian meninggalnya ibu hamil dan anak karena tidak adanya dokter spesialis anestesi di Maumere sudah lima kali terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga:  HUT Kota Kupang ke-139, dr. Christian Widodo Soroti Partisipasi Aktif Masyarakat

Begitu pula di Rote dan Sabu yang juga terjadi meninggalnya ibu dan anak karena tidak adanya dokter spesialis anak.

Dirinya menyebut, semua institusi dan organisasi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal termasuk di NTT.

“Kami minta seluruh institusi dan organisasi kedokteran, perawat dan seluruh tenaga kesehatan bisa memberikan pelayanan yang baik untuk seluruh warga NTT. Rumah sakit, pemilik rumah sakit, pemerintah daerah, pemerintah provinsi memastikan agar tidak lagi ada kejadian seperti ini lagi,” tegasnya.

Sebelumnya, seorang ibu hamil bernama Maria Yunita (36), warga Kabupaten Sikka dan anaknya yang masih di dalam  kandungan meninggal dunia akibat keterlambatan penanganan medis yang dipicu kekosongan dokter anestesi di rumah sakit tersebut.

Maria Yunita dan anaknya meninggal pada Rabu, 9 April 2025, sekitar pukul 23.00 WITA. Maria Yunita sebelumnya dirujuk dari Puskesmas Beru ke IGD RS TC Hillers sekitar pukul 15.00 WITA untuk persiapan persalinan anak pertamanya.

Baca juga:  PT Pelindo Kupang Digugat 4 Mantan Pegawai, Perkara Jual Beli Rumah Dinas

Namun, setibanya di rumah sakit, pihak keluarga mendapatkan informasi bahwa tidak tersedia dokter anestesi, padahal proses persalinan Maria Yunita mengharuskan tindakan operasi caesar.

Rumah sakit sempat berupaya melakukan koordinasi dengan sejumlah rumah sakit di luar Kabupaten Sikka untuk merujuk pasien, namun tarik ulur proses rujukan menyebabkan pasien tidak segera mendapatkan penanganan yang dibutuhkan.

Keluarga Kecewa

Yanto Gonde, keluarga dari korban menyampaikan kekecewaannya terhadap sistem pelayanan kesehatan yang dianggap lambat dan tidak siap.

“Penanganan sudah sesuai prosedur, tapi karena tidak ada dokter anestesi dan ibu ini harus dioperasi, kami hanya bisa menunggu kepastian rumah sakit tujuan untuk rujukan. Tapi sebelum dirujuk, pasien sudah meninggal dunia,” ujar Yanto.

Baca juga:  Adrian Masang Dilantik jadi Ketua DPD Forum Pemuda NTT Kota Kupang

Diketahui, sejak Januari 2025 RSUD TC Hillers Maumere sudah tak lagi memiliki dokter anestesi. Dokter Anestesi terakhir yang bertugas di RS milik Pemerintah Kabupaten Sikka ini menolak memperpanjang kontrak karena insentif yang dinilai kecil.

Disebutkan insentif yang diberikan RSUD TC Hillers sebesar Rp.20 juta per bulan, berbeda dengan besaran insentif di RSUD kabupaten tetangga seperti di Ende, Ngada, dan Manggarai Barat yang insentif dokter spesialisnya berada di kisaran Rp.30 juta hingg Rp.35 juta per bulan.

Kekosongan dokter anestesi di rumah sakit rujukan utama di Maumere menjadi ironi tersendiri, mengingat risiko tinggi yang bisa timbul bagi pasien gawat darurat, seperti kasus Maria Yunita.♦gor