Menjadi Berkat & Cermin Kasih yang Tak Bersyarat

♦Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk.

DAMAI SEJAHTERA BAGIMU para saudaraku ytk. Saya berharap menjumpai pada saudaraku dalam keadaan damai, sehat dan bahagia dalam menjalankan masa puasa dan pantang, sambil selalu menjaga hati, perasaan dan pikiran, agar tidak mudah jatuh dalam godaan dan bujukan setan.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 6: 36 – 38, yakni kasihilah musuhmu. Kata-kata ini sangat mudah untuk diucapkan, namun sangat sulit untuk dilakukan, apalagi musuh yang telah membuat hati kita sakit dan perasaan kita terluka. Namun, sesulit apapun itu, tidak berarti bahwa kita tidak bisa melakukannya. Sebagai murid dan pengikut Yesus, kita dituntut untuk menyangkal diri dan memikul salib, sebagai Yesus telah memberikan contoh atau teladan hidup yang nyata, dengan berdoa dan mengampuni para algojo yang telah: menyiksa-Nya, meludahi-Nya, menghujat-Nya, menghina-Nya, menganiaya-Nya, menampar-Nya, dan mencambuk-Nya, bahkan menikam lambung-Nya dengan sangat keji dan sadis. Dia berdoa: ” ya Bapak, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk 23: 34). Doa Yesus ini tidak hanya sebuah NARASI semata, melainkan Dia telah melakukan-Nya, dalam sebuah AKSI, saat Dia tergantung di kayu salib. Oleh karena itu, Dia mengajarkan kepada kita para murid dan pengikut-Nya, untuk juga hidup dalam kasih yang melampaui batas-batas logika manusia. Ia memanggil kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya yang penuh belas kasih, sama seperti Bapa yang penuh belas kasih kepada kita yang penuh dosa ini. Mengasihi musuh bukan berarti mendukung tindakannya yang salah, melainkan menunjukkan HATI yang dipenuhi dengan PENGAMPUNAN dan PENGERTIAN, sebagaimana Allah MENGAMPUNI kita.
Jadi, bacaan Injil hari ini mengingatkan kita tentang prinsip tabur-tuai: apa yang kita berikan kepada orang lain, baik itu PENGAMPUNAN, KEMURAHAN HATI, atau PENILAIAN, akan kembali kepada kita. Ketika kita memilih untuk MENGASIHI tanpa PAMRIH, hidup kita mencerminkan KARAKTER Allah yang penuh KASIH tanpa syarat. Jadi, Allah MENGASIHI kita tanpa syarat, supaya kita MENGASIHI sesama juga tanpa syarat.

Pertanyaan Refleksi ? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat & cermin belas kasih Allah tanpa syarat? Mari kita BELAJAR untuk lebih MENGASIHI, MENGAMPUNI, dan MEMBERI tanpa mengharapkan BALASAN, karena itulah jalan menuju sukacita sejati, yakni hidup yang KEKAL. Amin.