Mengenal Autofagi Pada Penyakit Jantung

EXPONTT.COM – Autotofagi merupakan konsep yang banyak berkembang di bidang kesehatan belakangan ini. Autofagi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti memakan diri sendiri. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Christian de Duve sekitar 50 tahun yang lalu. Proses autofagi mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan sel dan memperpanjang hidup sel, terutama dalam kondisi stress. Proses autofagi adalah proses yang cukup kompleks, dimana terjadi degradasi organela sel yang rusak oleh enzim lisosom dalam sel tersebut. Sederhananya, sel mencerna bagian dalam dirinya yang rusak atau tidak lagi diperlukan.

Kelainan pada proses autofagi ditemukan terjadi pada beragam penyakit, di antaranya proses penuaan, kanker, penyakit autoimun, dan penyakit jantung. Pada penyakit jantung koroner, peran autofagi masih kontroversial hingga saat ini. Beberapa penelitian menunjukkan adanya efek positif dari autofagi terhadap penyakit jantung koroner. Hal ini dapat terjadi melalui penurunan proses kematian sel di dalam plak aterosklerosis. Di sisi lain, peningkatan lemak teroksidasi dalam tubuh dan gangguan aliran darah dapat mengganggu proses autofagi.  Proses autofagi dapat menstabilkan plak aterosklerosis sehingga mencegah terjadinya serangan jantung koroner. 

Autofagi mempunyai peran yang cukup penting dalam kesehatan dan perkembangan penyakit. Sama pentingnya seperti kita membersihkan rumah kita setiap hari, sel tubuh juga harus membersihkan dirinya dari beragam kerusakan yang terjadi. Beragam aktivitas ditemukan dapat meningkatkan aktivitas autofagi sel, di antaranya olahraga, berpuasa, dan pembatasan konsumsi kalori harian. Dengan melakukan hal-hal ini, diharapkan proses autofagi dapat senantiasa aktif dan tubuh kita menjadi semakin lebih sehat. ♦yangkes.kemenkes.go.id

Autofagi, Proses Detoks Tubuh yang Bermanfaat bagi Kesehatan

Ditinjau oleh: dr. Merry Dame Cristy Pane

Istilah autofagi mungkin masih terdengar asing di telinga kita, ya? Autofagi merupakan mekanisme alami tubuh yang diketahui dapat meningkatkan kualitas kesehatan, lhoYuk, cari tahu lebih lanjut tentang autofagi pada artikel ini.

Autofagi (autophagy) adalah proses alami tubuh untuk membuang sel-sel yang rusak dan tidak berfungsi, sekaligus menggantinya dengan sel-sel baru yang sehat. Mekanisme ini meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk melawan racun penyebab penyakit dan menjaga organ tubuh tetap berfungsi dengan baik.

Mengenal Lebih Jauh Proses Autofagi

Tubuh kita memiliki triliunan sel dengan bentuk yang bermacam-macam. Seiring berjalannya waktu, sel tubuh dapat rusak atau mengalami penurunan fungsi. Pemicunya beragam, mulai dari pertambahan usia hingga adanya kondisi kesehatan tertentu.

Jika sel-sel yang rusak dibiarkan tumbuh dan berkembang tanpa terkendali, dapat terjadi gangguan kesehatan, termasuk meningkatnya risiko terkena kanker.

Nah, di sinilah peran autofagi diperlukan. Mekanisme autofagi ibarat menekan tombol “reset” atau detoks tubuh yang akan meregenerasi sel-sel tubuh.

Autofagi bisa terjadi secara alami, tetapi ada sejumlah faktor yang diketahui dapat mempercepat prosesnya. Salah satu yang paling efektif adalah puasa, termasuk metode diet puasa intermiten.

Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan selama berjam-jam dan membuat sel-sel tubuh menjadi “kelaparan”. Di saat inilah, proses autofagi bekerja untuk menghancurkan sel yang sudah rusak dan menggantinya dengan yang baru.

Saat mengaktifkan mekanisme autofagi melalui puasa dan membuat tubuh berada pada fase ketosis, umumnya akan muncul beberapa gejala tertentu, seperti penurunan nafsu makan, munculnya bau keton (bau seperti buah atau bau logam), rasa lelah, dan penurunan berat badan akibat terpicunya pemecahan lemak.

Manfaat Proses Autofagi

Regenerasi sel berkat autofagi dapat memberikan beragam manfaat bagi kesehatan, di antaranya:

  • Menurunkan risiko terjadinya kanker dan diabetes tipe 2
  • Membantu meningkatkan fungsi otak dalam mengingat, memproses informasi, dan menentukan keputusan
  • Mencegah keparahan penyakit neurodegeneratif, seperti penyakit Alzheimer
  • Membantu menurunkan berat badan
  • Membantu meningkatkan kesehatan jantung
  • Meningkatkan proses pembentukan energi

Namun, perlu diingat, proses autofagi yang dipicu dengan melakukan puasa tidak dianjurkan pada beberapa orang, misalnya penderita diabetes, berusia tua, wanita yang sedang hamil, atau orang dengan riwayat gangguan makan.

Oleh karena itu, agar lebih sehat, hindari melakukan puasa tanpa terkendali hanya untuk memicu autofagi, tetapi terapkanlah cara sehat lain, misalnya dengan mengatur diet atau pola makan dan berolahraga secara teratur.

Selain itu, mengonsumsi makanan tertentu, seperti kunyit, jahe, bawang putih, kayu manis, teh hijau, kopi, delima, cokelat hitam, dan kacang-kacangan, juga diyakini turut memicu proses autofagi.

Apabila kamu masih memiliki pertanyaan terkait autofagi atau ingin mengetahui cara memicu autofagi yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatanmu, berkonsultasilah dengan dokter. ♦alodokter.com